Jumat, 26 Juni 2009

STRATEGI DA’WAH ISLAM DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUSAAN IPTEK

STRATEGI DA’WAH ISLAM DALAM UPAYA

PENINGKATAN PENGUSAAN IPTEK

Isu sentral yang akan dan sedang dihadapi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam di abad 21 adalah masih lemahnya daya saing dengan kualitas sumberdaya manusia sebagai fokus utama. Walaupun telah disadari bahwa daya saing faktor kunci dalam memenangkan suatu kompetensi, namun dalam penerjemahanannya bagaimana meningkatkan daya saing tersebut Implementasinya masih perlu ditingkatkan. Hal ini terkait erat dengan kemampuan umat manusia di dalam mengidentifikasikan potensi yang dimiliki, kendala yang dihadapi dan antisipasi persoalan yang harus dijawab. Pemberdayaan (empowerment) potensi yang dimiliki umat Islam merupakan suat ikhtiar untuk meningkatkan daya saingyang memiliki hubungan linier dengan tingkat partisipasi dalam pembangunan. Menaikkan tingkat partisipasi tersebut merupakan suatu konsekuensi logis dari posisi (sebagai mayoritas) dan peran (sebagai khoiroh ummah yang rahmatan lil ‘alamin) yang semestinya harus dimainkan dalam menghadapi percaturan global. Dalam pemberdayaan potensi umat terkait beberapa aspek, antara lain : wawasan keagamaan (teologi), penguasaan Iptek dan pengalaman akhlaqul karimah. Dalam tulisan ini akan ditekankan pada strategi dakwah dalam penguasaan Iptek yang meliputi : Pengertian Iptek, makna strategis penguasaan Iptek dan langkah praktis penguasaan Iptek.

Pengertian Iptek

Menurut ilmu bahasa, bahwa ilmu itu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Ilm yang berarti pengetahuan, yang merupakan lawan dari “Jahl” yaitu ketidak tahuan. Ada dua jenis pengetahuan yaitu “pengetahuan biasa” dan “pengetahuan ilmiah”. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatihan objek, cara dan kegunaannya. Hasil yang diperolehnya disebut sebagai “knowledge”.

- dosen jurusan teknik elektro FTI – ITS

- disampaikan pada lokakarya strategi da’wah Islam dalam pemberdayaan umat, PKUB-MUI Jawa Timur, Surabaya, 30 Juli – 1 Agustus 1996.

Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan, dan kegunaan dari objek ontologis, landasan epistomologis dan landsan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Dalam bahasa inggris disebut sebagai “Science”. Makna yang kedua ini, pengertian ilmu yang dimaksud, yaitu pengetahuan sebagai science. Baik “Science atau Knowledge” pada dasarnya merupakan hasil observasi pada fenomena alam dan fenomena sosial. Dalam perkembangan nantinya akan dikenal ilmu murni (pure science) yang berkaitan dengan “how to do”.

Teknologi telah diberikan beberapa definisi, antara lain David L. GOETSCH memberikan definisi yang sederhana tentang teknologi yaitu “ people using tools, resources, and process to solve problems or to extend their capabilities “. Sehingga dari sini, teknologi dapat dipahami sebagai suatu hasil yang diperoleh manusia dengan memanfaatkan “tools”, proses dan “resources”. Dengan skema elemen-elemen pembentuk teknologi ditunjukkan pada gambar 1.

Sedangkan Arnold Pacey memberikan definisi tentang teknologi yaitu “ The application of scientific and other knowledge to practical task by ordered systems that involve people and organizations, living things and machines “. Dari definisi itu nampak bahawa teknologi tetap berbias kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaannya, karena itulah maka teknologi tidak bebas organisasi, tidak bebas nilai budaya-sosial-ekonomi dan politik. Dengan demikian, agar supaya teknologi dapat berfungsi semaksimal mungkin, maka ia perlu bertemu dengan lingkungan dan wadah yang mirip dengan budaya dimana teknologi itu berasal. Disinilah rumitnya transfer of technology itu. Walaupun teknologinya sudah diambil, tetapi apabila esensi dari budayanya tidak diikutkan, bisa terjadi penurunan efisiensi. Dari efisiensi itu merupakan ideologi dari teknologi yang nantinya akan terkait erat dengan produktifitas.

Dari definisi ilmu terapan dan teknologi di atas, ada kesamaaan daerah kerja antara keduanya yaitu sam-sama menggunakan daerah eksperimentasi di dalam memujudkannya. Hanya saja dalam ilmu terapan hipotesa yang diturunkan dari teori dan berada pada skala “kelas”, dan kemajuannya (progress) memberikan perluasan pengetahuan melalui perbaikan teori. Sedangkan teknologi eksperimentasinya dikembangkan dari “trial and error” atau pendekatan keahlian yang diturunkan dari pengalaman konkrit, dan kemajuannya dapat digambarkan sebagai kenaikan efisiensi dari produk yang dihasilkan.

Dalam proses penguasaannya, mana yang harus didahulukan ?. ilmu atau eknologinya ?. memang ad pendapt yang mengatakan bahwa penguasaan science merupakan syarat awal untuk menguasai teknologi, disamping itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa pada kasus tertentu justru munculnya ilmu pengetahuan akibat adanya teknologi. Akhirnya yang penting bukanlah “meributkan” mana yang harus didahulukan dan mana yang harus dikemudiankan, tetapi bagaimana menguasi keduanya.

Oval: People


Gambar 1. Elemen pembentuk teknologi

Menyadari bahwa Teknologi merupakan “footloose Asset” dan siklus kehidupan produk teknologi semakin pendek, maka untuk memperoleh produk-produk baru dengan kualitas yang lebih baik salah satu yang harus dilakukan adalah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi.

Makna Strategis Penguasaan Iptek

Seringkali ukuran yang dipakai didalam mengukur keberhasilan penguasaan dan penerapan Iptek hanya didasarkan pada skala ekonomis. Sehingga apabila suatu produk teknologi yang dihasilkan tidak ekonomis, maka dianggap gagal, tidak mempunyai makna. Penguasaan Iptek memiliki beberapa makna strategis, yaitu untuk meningkatkan : kepercayaan diri, kemandirian (independencial), kebanggaan (prestise) dan nilai ekonomis. Pada kenyataannya dalam pengembangan dan penguasaan teknologi penekanannya bisa beragam, walaupun secara umum nilai ekonomis tetap harus dipertimbangkan untuk membedakan dengan pengembangan yang bersifat “hobistis”.

Pengembangan Iptek dan Nilai Tambah

Manusia dengan segala kemampuan yang dimilikinya senantiasa berusaha meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam pengertian yang umum, nilai tambah (added value) dapat diartikan sebagai peningkatan (penambahan) kualitas hidup baik yang bersifat Human Being Added Value (nilai tambah Insaniah) dan Economical Added Value (nilai tambah yang bersifat kebendaan atau ekonomis). Dalam prosesnya, kedua sifat nilai tambah tersebut harus terintergrasi kedalam diri manusia. Pengabaian salah satu nilai tambah akan mengurangi hakikat dari manusia itu sendiri. Nilai tambah insaniah dimaksudkan sebagai ikhtiar pembebtukan kepribadian dengan Positive Attitude (sifat Mahmudah) seperti honesty, decency, tolerance, responsibility dan sifat positif lainnya.

Sedangkan nilai tambah ekonomis berarti kualitas hidupnya secra fisis meningkat. Proses pendidikan pada dasarnya harus memberikan sentuhan-sentuhan moral yang mengarah pada pembentukan positive attitude dan akan berpengaruh pada attitude cost (biaya perilaku) sekaligus meningkatkan kemampuan berfikir dan keterampilan yang akan menentukan kemampuan dalam penguasaan Iptek.

Dalam nilai tambah ekonomis manusia memanfaatkan Iptek untuk menyempurnakan proses-proses nilai tambah, yaitu proses yang terus menerus yang merubah bahan mentah dan barang-barang setengah jadi menjadi barang-barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Dalam proses nilai tambah antara pemanfaatan mesin, keterampilan manusia dan material sepenuhnya dapat diintegrasikan oleh teknologi, sehingga menghasilkan produk dan jasa yang bernilai lebih tinggi dari material dan pemasukan lainnya. Karena sifat integratif inilah maka dalam proses ekonomi apapun, teknologi menjadi unsur yang sangat menentukan dalam proses nilai tambah. Semakin efisien dan produktif proses-proses nilai tambah, semakin meningkat taraf hidupnya. Perbandingan antara nilai tambah suatu produk teknologi ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan perbandingan nilai tambah ekonomi / gaji pekerja Indonesia di Industri Teknologi Canggih, Menengah dan Rendah ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Tambah suatu Produk Teknologi

Jenis Produk

Perbandingan Nilai Tambah

Kapal Kargo

1 X

Mobil Standar

5 X

Mobil Mewah

10 X

Perkakas Numerical Control

11 X

Televisi Warna

16 X

Kapal Selam

45 X

Semi Konduktor

100 X

Komputer Mainframe

160 X

Pesawat Advanced Turboprop (N-250)

300 X

Jumbo Jet (c. q. Boeing 747)

350 X

Mesin Pesawat Terbang

900 X

Super Komputer

1700 X

Pesawat Tempur Jet

2500 X

Satelit

2000 X

Tabel 2. Perbandingan / Nilai Tambah Pekerja Imdonesia dalam Bidang Manufaktur ( 1985 – 1990 ) ( Dalam Juta Rupiah )

Jenis Produksi

1985

1986

1987

1988

1989

1990

High-Tech Industry

Medium

Low-Tech Industry

7.11

6.02

4.46

7.51

5.69

5.4

8.68

6.59

6.14

8.79

7.99

6.37

10.11

9.2

8.2

12.54

10.9

9.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar