Jumat, 26 Juni 2009

Muhammad Hamidullah

Muhammad Hamidullah

Pelajar Islam (Ulama) Kelas Dunia Saat Ini

Oleh: Dr. Yusuf Ziya Kavakci

Muhammad Hamidullah disebut sebagai seorang alim (pelajar Islam), yang digambarkan sebagai sebuah ‘ummah’ (negara) bagi dirinya sendiri sebagaimana pengertian ‘ummah’ yang ada pada Al Qur’an.

Pada akhir 1950an, Muhammad Hamidullah adalah seorang pengajar di Institut Penelitian Islam Universitas Istanbul, Fakultas Seni Liberal (Fakultas Sastra). Dia diibaratkan seperti huruf alif pada huruf Arab yang juga merupakan huruf pertama dari Lafal Allah yang kurus, tinggi, dan lurus, lengkap dengan setelan jas dan dasi. Sepanjang hidupnya dia selalu terlihat berpakaian seperti itu dilengkapi dengan sebuah penutup kepala terbuat dari kulit yang dalam bahasa Turki disebut ‘kaplak’, yang juga biasa dikenakan oleh Kemal Atarturk selama pemerintahannya di Republik Turki. Setiap tahun, biasanya beliau mengajar kelas musim semi di Jurusan Filosofi Universitas Istambul. Pada tahun 1957, beliau senantiasa ditemani oleh Dr. Fuat Sezgin, seorang penerjemah yang juga merangkap sebagai asisten. Namun kemudian Dr. Sezgin meninggalkan Turki dan tinggal di Jerman menjadi seorang anggota Universitas Goethe di Frankfurt, sebagai imbas dari kudeta di Turki yang mengirim 147 akademisi ke berbagai negara untuk berbagai hal. Hal yang sangat disayangkan adalah bahwa Universitas-universitas Turki kehilangan banyak akademisi terbaik mereka. Dr. Sezgin sendiri telah menulis sebuah penelitian yang sangat penting tentang bukti-bukti tertulis Hadist Sahih Bukhari, yang juga merupakan buku penting untuk referensi Kajian Islam

Asisten kedua Muhammad Hamidullah adalah Dr. Salih Tug. Di bawah bimbingan Dr. Hamidullah, beliau menulis sebuah tesis tentang Sistem Keuangan secara Islami pada Awal Islam dan menjadi Dekan di Universitas Marmara, Fakultas Ilmu Agama (theologi).

Hamidullah biasa mengajar tentang Sejarah Islam dan mata kuliah Islam yang lain. Beliau sangat teliti saat mengajar tentang Konstitusi Islam dan isinya selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Kelasnya juga senantiasa terbuka untuk khalayak umum yang tertarik pada kajian Islam. Hal ini tentu saja merupakan sebuah pekerjaan yang menantang, karena ini merupakan kelas kajian Islam pertama sejak ditutupnya Fakultas Ilmu Agama di Darul Funun (Universitas) Istanbul. Ada beberapa orang penting yang memegang kendali di Universitas yang sangat menentang adanya pengajaran tentang berbagai topik Islam di setiap tingkatan Universitas. Namun pengetahuan Dr. Hamidullah yang sangat luas, pembawaannya yang halus, kehidupan dunia barat yang dia ketahui lebih baik dari banyak orang yang berada pada posisi pimpinan tersebut, dilengkapi dengan kefasihannya untuk berbicara dengan mereka dengan Bahasa Turki, Bahasa Prancis, Bahasa Inggris, Jerman, telah sangat membantu proses penerimaan pengajaran Islam tersebut.

Kajian Islam dibawa dalam dunia pendidikan melalui cara-cara halus dimana setelah berabad-abad melalui pendidikan madrasah yang panjang dan kemunculan ribuan ulama (pelajar Islam) selama pemerintahan Islam. Beliau masih memiliki kebaikan untuk membuktikan bahwa hal yang dimilikinya tidak bertentangan dengan revolusi yang terjadi dan juga disalahkan oleh mereka yang memperhatikan. Ceramah-ceramahnya direkam dan kemungkinan besar diperiksa oleh agen intel teras satu-persatu. Namun metodenya yang sungguh-sungguh dan halus mampu menjaga martabatnya dan menjadikannya seorang pelajar dengan kinerja yang baik. Setelah tahun 1950, kondisi politik Turki berubah dan hal ini memberikan beberapa perubahan dalam kehidupan Islam di Turki; seperti perubahan lafal Adzan dari bahasa Turki ke Bahasa Arab, pengajaran mata pelajaran Islam secara opsional di sekolah-sekolah, pembukaan sekolah Imam-Khotib, dan merupakan konsep yang sangat revolusioner. Semua pelajaran di sekolah-sekolah umum diajarkan bersama-sama dengan Bahasa Arab, Al Qur’an, Islamiyat, Tafsir, Hadist, Fiqih, dan pelajaran Islam yang lain mulai dari SMP, SMA, sampai tingkat Universitas.

Hamidullah mungkin merupakan orang pertama yang memiliki kesempatan untuk menjadi akademisi Muslim dengan banyak pengalaman dan sertifikat yang didapat dari dunia barat, yang datang ke Universitas Istanbul dan mulai mengajar tentang hukum Islam dan semua hal yang berkaitan dengan hal tersebut selama pertengahan tahun 1950an.

Muhammad Hamidullah dilahirkan di Hyderabad-Decan, India pada bulan Februari 1908 pada masa pemerintahan Nizam. Dua dari menantu perempuan Nizam, Durru Shahwar dan Nilufar berasal dari keluarga Kerajaan Ottoman. Nizam telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan para Ottoman. Hamidullah belajar di Fakultas Hukum Universitas Osmania, sebuah Universitas yang berdiri atas usaha Abdullah Yusuf Ali, seorang penerjemah Al-Qur’an yang terkenal, dan teman-temannya untuk melakukan penelitian akademik dan mengajar di Urdu sehingga memunculkan pelajar Kajian Islam kelas dunia. Banyak makalah langka yang telah diedit dan diterbitkan oleh Universitas ini, termasuk sebuah buku mengenai Imam Muhammad al-Hasan al-Shaibani, yang juga merupakan murid dari Imam A’zam Abu Hanifa. Mereka memiliki sebuah majalah di bawah nama Kebudayaan Islam, juga Dairat al-Ma’arif. Jikalau universitas tersebut masih ada, saat ini kita pasti memiliki banyak pelajar yang fasih berbicara Bahasa Inggris dan mampu menanggapi berbagai isu tentang Muslim di seluruh penjuru dunia, termasuk di Wilayah Amerika dan area berbahasa Inggris yang lain untuk kepentingan masyarakat umum dan komunitas Muslim sendiri. Pada saat yang sama, telah berdiri sebuah Universitas di Aligarh yang berbahasa pengantar bahasa Inggris.

Hamidullah pergi ke Jerman untuk menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar Ph.D. di Bonn tentang Hukum Islam Internasional. Keinginannya saat itu adalah mengajar di Universitas Osmania dan melayani komunitasnya dengan tradisi yang kuat tentang karya populer dan karya akademik Islam. Namun ketidakstabilan politik, kepentingan kolonialisasi, Hindu dan berbagai invasi yang lain membuat banyak teman dan koleganya sibuk berjuang untuk kebebasan mereka sendiri, dan banyak dari mereka yang kehilangan nyawa mereka dalam perselisihan ini. Ketika Pakistan terpisah dari India, pemerintahan Nizam diduduki secara paksa oleh angkatan bersenjata India.

Dr. Hamidullah menemukan sebuah tempat perlindungan di Perancis, semacam tempat pengasingan. Dia menjadi anggota Pusat Penelitian Ilmiah Pemerintah Perancis (CNRSF, -red) dan bekerja disana. Dia tinggal di Prancis sejak tahun 1948 sampai akhirnya jatuh sakit dan dibawa oleh cucu kemenakannya Sr. Sadida ke Wilkes Barre, Pensylvania, Amerika Serikat tahun 1996, tujuh tahun sebelum kematiannya. Beliau mungkin merupakan pelajar Muslim pertama yang ditakdirkan untuk melakukan dakwah, mengajar dan memberikan kuliah di Paris dan sekitarnya untuk menolong para Muslim pada tingkat akademik untuk mengorganisasikan diri mereka sendiri dengan diuntungkan oleh kebudayaan Barat dalam hal kemerdekaan dan kesopanan yang belaku di Paris, Perancis dan seluruh dunia barat. Ini merupakan takdir Allah untuknya, yang tak pernah direncanakan sebelumnya, untuk tinggal di Paris dan mulai mendirikan sebuah lingkaran akademik di sana dengan bahasa Perancis. Seperti yang kita semua tahu bahwa bahasa Perancis bukanlah bahasa yang terkenal di India sebagai bagian dari Dunia Muslim. Walaupun bahasa Perancis dan negara Perancis merupakan hal yang dibenci di dunia koloni Inggris, namun Hamidullah ditakdirkan untuk melakukan tugasnya di Perancis.

Di Perancis, Hamidullah hidup sendiri di Rue de Tournon 4, Paris VI, hampir di apartemen yang sama selama setengah abad sebagai seorang penyewa dari seorang perempuan pemilik bernama Madame Sphere, dikelilingi dengan seluruh buku-buku dan catatan-catatannya. Hamidullah adalah seseorang yang tidak pernah membuang sesuatu apapun. Dia menyimpan semua buku yang diberikan orang padanya, semua surat yang ditulis untuknya (yang ternyata dalam jumlah yang sangat mengejutkan), dia menyimpan segalanya, walaupun hanya pinggiran perangko untuk digunakan untuk menempelkan catatan-catatan kecil ke bagian-bagian yang berperekat. Subhana Allah (Maha Suci Allah)……

Kemudian beliau menerjemahkan Al Qur’an ke bahasa Perancis, yang kemungkinan hal pertama yang dilakukan oleh seorang pakar muslim dan alim. Dalam karya ini, beliau memberikan daftar lengkap dari terjemahan dari Al Qur’an dalam semua bahasa secara kronologis, dilengkapi dengan pendahuluan yang sangat banyak tentangnya dan pelajaran tentang Ulum al-Qur’an (Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an).

Beliau menulis dua volume buku yang sangat spektakuler tentang kehidupan dan kontribusi Nabi Nuhammad SAW dalam bahasa Perancis. Ini merupakan tipe akademis yang sangat berkualitas, sebuah karya yang luas yang dilakukan olehnya. Tidak banyak orang yang mampu membuat karya seperti itu dalam tingkatan yang sama, dan bisa dikatakan bahwa tidak ada karya lain yang mampu menyamai karya tersebut. Karya tersebut memiliki ratusan halaman bibliografi dari buku-buku dan artikel-artikel dalam berbagai bahasa seperti Arab, Persia, Turki, Urdu, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, dan yang lainnya. Beliau mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan Konstitusi Nabi Muhammad yang dibawa dalam pemerintahan kota Madinah, obat-obatan pada waktu tersebut, keadaan ekonomi pada waktu Sa’adah dan sistem kemiliteran yang beliau dirikan bersama dengan para sahabat. Semua hal tersebut sangat relevan dengan kebutuhan-kebutuhan dan konsep modern, sangat lengkap dan sesuai dengan kebutuhan dan pemikirian para intelektual modern, yang mungkin mengacu pada pemikiran barat dan kaum terpelajarnya.

Hamidullah menerbitkan konstitusi tulis pertama tentang Sejarah Hukum Konstitusional, teks dan lengkap dengan analisisnya. Berbagai informasi mendetil selalu diberikan Hamidullah selama mengajar di Istanbul pada akhir tahun 1950an dan pada awal 1960an, mulai dari interpretasi kata-kata bahasa Arab yang sederhana dari teks dalam konteks sejarah dan peradabannya, dan apa saja relevansinya dengan hal-hal yang terjadi saat ini. Dia menerangkan bahwa mengadaptasikan tiga cabang dari klasifikasi pemerintahan ala Barat; legislatif, eksekutif dan judisial, adalah hal yang mungkin dilakukan, dengan menambahkan beberapa hal yang Islami ke dalamnya dan menambah sebuah cabang lagi yaitu dakwah, mengajar, dan menyebarkan Islam. Tambahan dari cabang keempat, tentu saja senantiasa dilakukan tanpa adanya pemaksaan dan ekploitasi ataupun penyiksaan, tidak seperti penginjilan yang membabi buta pada Kristen garis keras.

Dia telah membuat Pendahuluan tentang Islam dalam bahasa Perancis dahulu, kemudian dalam Bahasa Inggris dan Jerman. Karya Hamidullah bernama al-Watha’iq al-Siyasiyyah dalam bahasa Arab yang dilengkapi dengan banyak catatan kaki dan kritik tertulis merupakan salah satu mukhallad dan buku referensi klasik untuk para pelajar dan peneliti di bidang ini. Terjemahan dan uraian Hamidullah tentang surat Rasullullah kepada Muqawqas, sang Raja Mesir, yang dipamerkan di Museum Topkapi, Istanbul mempunyai tanda di salinan aslinya.

Beliau juga menerbitkan Ilmu Usul al-Fiqh Kitab al-Mu’tamad al-Fiqh li Abi ‘I-Hasan al-Basri al-Mu’tazili untuk pertama kalinya dalam sejarah. Buku itu merupakan karya tulis Usul al-Fiqh pertama yang beliau edit dengan kritik tertulis dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Damaskus oleh Institut Arkeologi Perancis. Beliau telah menuliskan sebuah pendahuluan yang sangat bagus untuk halaman-halaman al-Fiqh dalam bahasa Perancis yang perlu dipelajari, dipotong, dan dikerjakan lebih lanjut oleh para peneliti muda, yang ika dikerjakan lebih cepat akan lebih baik. Kitab al-Mu’tamad ini merupakan sumber pertama untuk para peneliti dan pelajar Usul al-Fiqh yang memberikan pandangan langsung dari sudut pandang Mu’tazili terhadap hal-hal yang ada pada Usul, dan bagaimana mereka memandangnya dari sudut pandang mereka.

Hamidullah menyiapkan berbagai kritik tertulis tentang Sahifa oleh Hamman b. Munabbih, yang merupakan kumpulan hadist-hadist terdahulu, dari generasi para Sahabat Rasulullah, sebagai tambahan untuk Sahifa al-Sadiqa yang telah dikerjakan oleh Dr. Sezgin.

Sebuah karya tentang Kepemimpinan Muslim dalam Pemerintahan sebagai karya untuk gelar Ph.D.-nya juga dia terbitkan. Dalam karya ini, dia membahas berbagai konsep modern hukum administratif dan hukum internasional dengan beragam metode yang menarik dari referensi-referensi dan berbagai interpretasi logis yang berakar dari Al-Qur’an, Hadist, Surat dari Ibnu Hisham dan Ibnu Ishaq, dan juga berbagai sumber seperti al-Maghazi oleh al-Waqidi.

Hamidullah menemukan karya tulis Abu Hanifa al-Dinawary tentang Risalah Nabatat, beberapa ditemukan San’a, Yaman, dan beberapa halaman yang lain di sebuah perpustakan di Afrika Utara. Dia menghubungkan semua itu dengan sumber-sumber yang telah tersedia dan sumber dan referensi berikutnya berdasar sumber sebelumnya dan memperbaiki catatan tersebut dan menerbitkannya pertama kali dalam sejarah Kajian Botani Islam sebagai sebuah karya kecil.

Beliau sangat menyukai Shams al-A’immah al-Sarakhsi dan menerjemahkan Komentar Sarakhsi dalam Siyar Shaibani berdasar pada catatan Sharh-nya ke dalam bahasa Perancis, cukup banyak untuk diterbitkan UNESCO. Buku ini merupakan sebuah ikhtisar atau ringkasan tentang Hukum Internasional Islam, yang ditulis secara lengkap untuk pertama kali, barabad-abad sebelum Hugo Grotious disebut sebagai Bapak Hukum Internasional dari Belahan Bumi Barat. Dia mengetik sendiri terjemahan Bahasa Perancis ini sebanyak dua kali dengan mesin ketik tuanya, karena waktu itu belum ada keajaiban komputer yang bisa digunakan. Namun sayang sekali harapan untuk melihatnya diterbitkan UNESCO tidak terealisasi karena kelompok-kelompok dan mungkin kekuatan yang ada dalam organisasi internasional paada tingkat ini seperti yang biasa kita lihat. Karya besar ini akhirnya diterbitkan di Ankara, Turki oleh Yayasan Urusan Agama beberapa waktu sebelum dia jatuh sakit.

Sekembalinya ke Turki, beliau langsung berkeliling dan mengajar di berbagai tempat yang ternyata mampu menyedot perhatian yang cukup mengejutkan dari para generasi muda dan juga khalayak umum. Beliau mengajar dan mengadakan berbagai konferensi di Ankara, Konya, Kayseri, Erzurum dan tempat yang lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ratusan mahasiswa dan pelajar muda di seluruh Turki telah terpengaruh olehnya secara positif. Beberapa diantaranya adalah Prof. Dr. Hayrettin Karaman, Prof. Dr. Bekir Topaloglu, Prof. Ihsan Sureyya Sirma, Prof. Suat Yildirim, Prof. Dr. Osman Ozturk, dan Prof. Mustafa Bilge.

Beliau akhirnya diundang untuk menjadi dosen terbang pada kelas musim semi selama beberapa tahun di Universitas Ataturk, Fakultas Kajian Islam di Erzurum. Banyak orang merasa terhormat karena mendapat pencerahan dan penerangan tentang Kajian Islam dari beliau. Selama itu pula dia harus tinggal di sebuah apartemen kecil dengan gaya hidup yang sangat sederhana.

Di Istanbul, dia tinggal di sebuah hotel bernama Sipahi Palas (Mahmudiye), sebuah hotel tempat ia menginap ketika pertama kali datang ke Turki pada tahun 1930an. Hotel ini terletak di Camberlitas, dekat Turbe, dan sangat dekat dengan alun-alun Sultanahmet dimana terletak Masjid Biru di bagian jantung Bizantinium Tua di Istanbul. Kamarnya selalu menghadap ke Makam Sultan Abdulhamid Khan II, yang jaraknya kurang dari 15 yard.

Prof. Hamidullah merupakan seorang yang sangat kuno, yang selalu hidup menyendiri dan benar-benar berkiprah dalam berbagai penelitian akademik dan mencari jejak berbagai referensi dalam berbagai bahasa dengan tuntunan dari berbagai sumber dan memeriksa sendiri sumber-sumber dengan pengetahuannya yang luas, kemampuan linguistik dan latar belakang pendidikan yang telah dimilikinya selama bertahun-tahun melalui kerja keras.

Berlatar belakang Imam Shafii, beliau juga sangat menghormati Hanafi sebagai seorang ahli hukum dan menjunjung tinggi karya-karyanya. Pada kenyataannya beliau juga banyak mengikutsertakan Fiqh Hanafi dalam karyanya. Dia sangat mengagumi karya Fiqh Imam Hanafi yang dilakukan selama masa Qarakhanid. Kehidupan lajang mamberikan banyak waktu untuk Hamidullah dan banyak kesempatan untuk melakukan berbagai penelitian di berbagai bidang Kajian Islam. Dia telah belajar di Timur, bepergian ke seluruh dunia dan menetap sangat lama di Barat. Pengetahuannya tentang hampir semua bahasa mayor di Timur dan Barat, dan pengalaman belajarnya serta banyak penelitian yang telah dilakukan di universitas-universitas barat bersamaan dengan mengajar, memberikan banyak pengalaman dan mampu membuka dirinya terhadap ide-ide barat, kitab orientasi. Jadi beliau benar-benar menjadi sumber pembicaraan, perdebatan dan juga menampilkan sisi dirinya tentang pandangan Islam terhadap orientasi barat dan dalam gaya yang sangat akademik, cara yang halus namun sangat jujur dan lugas tanpa menghina siapapun. Karena pembawaannya inilah, Hamidullah memiliki banyak teman di dunia pendidikan dan juga orang-orang yang tertarik pada pandangannya dan Islam di Barat.

Semasa hidup, Hamidullah telah kehilangan kewarganegaraannya dan karena beliau adalah orang yang sangat loyal kepada kawan, leluhur dan tanah kelahirannya, beliau tidak menginginkan kewarganegaraan baru. Itulah yang membuat seluruh perjalanannya ke seluruh penjuru dunia menarik. Setiap kali ingin mendapatkan visa, dibutuhkan waktu yang lebih banyak. Polisi sebagai pihak yang berwenang senantiasa berhati-hati dalam memeriksa setiap dokumen yang ada. Sr. Sadida, cucu kemenakannya, harus tinggal selama kurang lebih satu tahun di Perancis untuk menjaganya dan menyiapkan semua dokumen perjalanan sehingga dia bisa membawa Dada-nya (bahasa Turki untuk kakek, -red) ke Amerika pada tahun 1996 karena semua dokumen yang dimiliki Hamidullah sudah tidak berlaku.

Semua buku dan catatan yang telah disimpan Hamidullah selama lebih dari setengah abad di rumahnya di Perancis, akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan dijaga oleh Sr. Sadida. Semua karya itu perlu dipelajari, digarap dan diterbitkan dengan serius dan profesional. Hamidullah selalu mengembangkan semua karya dan buku-bukunya dengan senantiasa mengikutsertakan catatan-catatan baru di setiap edisi terbarunya, termasuk pada buku yang telah diterjemahkan.

Dr. Hamidullah adalah seorang tokoh yang sangat berkarakter dan selalu bertindak dengan keyakinan yang positif. Dari dirinya, tidak pernah terdengar sesuatu hal yang menentang orang lain. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki oleh Dr. Salih Tug, Kemal Kuscu, Said Mutlu, dan lain-lain. Apa yang telah dilakukan Hamidullah, seperti yang telah disebutkan di awal, telah berpengaruh banyak, baik langsung maupun tidak, pada generasi muda Muslim, yang sekarang menjadi tulang punggung Kajian Islam di Turki, untuk kembali mengkaji Islam dengan lebih serius.

Hamidullah wafat pada tengah hari tanggal 17 Desember 2002 (13 Syawal 1423 H). Pagi berikutnya, jenazahnya dikuburkan di Pemakaman Muslim di Chapel Hills Memorial Gardens, yang terletak di 850 St. Johns Bluff Road, Jacksonfield, Florida 32225, di seberang Bandara Lokal Craig, dekat perempatan Atlantik Boulevard dan St. Johns Bluff Road. Kuburan ini berjarak 20 mil dari Bandara Internasional Jacksonville dan juga berjarak 4 mil dari Islamic Center di Timur Laut Florida. Islamic Center ini berada di jalan yaang sama dengan pemakaman Islam ini. Pemakaman ini baru saja dibuat dan Hamidullah adalah orang kelima yang dikuburkan di sana. Kuburannya bersebelahan dengan kuburan Armaan A. Sulaiman.

Hamidullah yang senantiasa sederhana dan sangat tertutup, hidup bagaikan seorang singa yang juga mati seperti seekor singa. Tidak pernah ditundukkan, tidak ada yang mampu untuk berkompromi dengan keyakinan, pengetahuan dan kebebasan belajarnya, apapun yang terjadi. Dia adalah seorang alim dengan segala kerendahan hati, kesederhanaan, manusia yang taat beribadah dan senantiasa melantunkan asma Allah, yang sangat mencintai Nabi Muhammad dan ulama yang ada. Beliau adalah pakar dari kata-kata dalam Qur’an, hadist dan kitab-kitab Ulama dan sebaik yang diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, yang memiliki sebuah metode dan kedalaman unik dalam memeriksa kata-kata yang sesuai dengan kehidupan modern. Dia memiliki keinginan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan serta melihat dan menunjukkan berbagai sumber yang dikutip, apapun yang dikatakan ataupun ditulis kedalam berbagai bahasa. Dalam melakukan penelitian, Hamidullah adalah orang yang sangat fokus, berdedikasi, dan tentu saja sangat loyal terhadap bahan penelitiannya, teman, dan juga para ulama terdahulu. Beliau adalah orang yang tepat waktu dalam menjawab berbagai surat yang dikirimkan kepadanya. Suratnya selalu lugas, langsung ke pokok pembicaraan. Dia juga orang yang selalu menepati janji dan selalu datang ke pertemuan lebih dulu. Dia tidak pernah terlambat. Senyuman Hamidullah yang manis dan tatapan matanya akan senantiasa dikenang oleh semua murid dan teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar