Jumat, 26 Juni 2009

Ciputra, Raja Properti Bertangan Emas

Ciputra, Raja Properti Bertangan Emas


Indonesia adalah sebuah negeri yang memerlukan banyak entrepreneur baru. Dan kebutuhan terhadap sosok yang disebut entrepreneur itu makin terasa mendesak dari waktu ke waktu. Setiap kali angka-angka pertumbuhan ekonomi dibenturkan dengan jumlah penduduk usia produktif yang memerlukan pekerjaan, kita langsung diingatkan betapa pentingnya sosok entrepreneur itu. Ia kita harapkan dapat menjadi bagian dari solusi atas sejumlah persoalan, terutama di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan di negeri kita. Dengan menciptakan pekerjaan pertama-tama untuk dirinya sendiri, dan kemudian ikut memperkerjakan orang lain dalam bisnisnya, kehadiran entrepreneur akan mengurangi jumlah pengangguran. Bukan cuma itu, dengan kreativitas dan kemampuan inovasinya, seorang entrepreneur juga memberikan nilai tambah kepada masyarakat yang menikmati produk atau jasa hasil karyanya.

Banyak entrepreneur sukses di sekitar kita. Tetapi Ir Ciputra adalah satu dari sedikit yang sangat istimewa. Ciputra bisa disebut sebagai Raja Bertangan Emas, sesuatu yang tidak berharga begitu disentuh tangannya, berubah menjadi emas. Melalui kepemimpinan dan naluri bisnisnya yang sangat kuat, banyak sekali tanah-tanah tidak produktif diubah menjadi suatu proyek pembangunan yang luar biasa. Ya, itulah Ir. Ciputra yang menyulap daerah Grogol yag dianggap pusat copet se-Jakarta menjadi mal dan hotel terkemuka. Stadion olahraga yang terbengkalai di Semarang, dibangun menjadi landmark kota Semarang dengan mal dan hotel yang bagus. Tanah yang terbengkalai di Pondok Indah dibangun menjadi pemukiman yang terkenal. Bekas kebun karet yang dianggap terlalu jauh dari Jakarta, dibangun menjadi Bumi Serpong Damai, kota mandiri terbagus di Indonesia

Dan di Surabaya? Semua orang tahu, bagaimana tanah tandus yang tidak dilirik orang di kawasan Lakarsantri dibangun menjadi CitraRaya, kota internasional terbaik di Jawa Timur. Kawasan itu sekarang dengan bangga menyebut diri sebagai “The Singapore of Surabaya.”

Dengan banyaknya inovasi yang telah dihasilkan, Ciputra telah membuktikan dirinya sebagai The Real Entrepreneur. Orang bertanya, apa yang membuat Ciputra sukses besar? Ada 10 momentun yang sangat menentukan, tetapi yang paling menarik bagi Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos, adalah merantau! Tentu tidak semua orang yang merantau akan sukses seperti Ciputra. Tetapi, kata Dahlan, dirinya tidak bisa membayangkan bila Ciputra tetap tinggal di desanya di pojokan Sulawesi Utara.

Usia juga dipandang amat menentukan. Dia meninggalkan desanya menuju Jawa, lambang kemapanan saat itu ketika lulus SMA. Ia lalu melanjutkan belajar ke ITB dan menyelesaikan dengan susah payah. Namun pengalaman pahitnya hidup di desa, di tengah ketiadaan ayahnya yang tak kembali setelah ditangkap Belanda, menjadikan Ciputra tahan banting.

Melalui buku ini, Ir. Ciputra berbagi pengalaman kepada para entrepreneur dan calon entrepreneur Indonesia untuk berkiprah membangun bangsa. Pengalaman itu tentunya diharapkan bisa memberi inspirasi bagi banyak orang lain.

Ciputra mengemukakan antara lain apa itu yang disebut bakat entrepreneur. Menurutnya, bakat entrepreneur itu bisa dikembangkan oleh siapa saja. Sedikitnya ada tiga ciri utama seorang entrepreneur. Pertama, seorang entrepreneur mampu melihat peluang bisnis yang tidak dilihat atau tidak diperhitungkan oleh orang lain. Kedua, seorang entrepreneur adalah orang yang bertindak untuk melakukan inovasi, mengubah keadaan yang kurang menyenangkan menjadi keadaan yang ia inginkan. Ketiga, seorang entrepreneur adalah pengambil resiko, baik resiko yang bersifat finansial [baca: rugi], maupun resiko yang bersifat mental [baca: dianggap gagal].

Dengan tiga ciri pokok tersebut, seorang entrepreneur sejati seperti seorang “perintis kawasan baru”, “penjelajah rimba raya ”, atau juga “pendaki gunung” yang selalu mencari puncak-puncak taklukan baru. Mereka bermimpi, maju bergerak menuju tantangan dan tidak gentar memikul risiko. Ringkasnya entrepreneur sejati berani rugi, berani malu, dan juga berani terkenal.

“Jangan tinggalkan, tetapi justru gunakanlah pendidikan formal untuk mempelajari lebih banyak hal demi mewujudkan impian sebagai entrepreneur”, kata Ciputra.

Mengandalkan bakat saja tidaklah cukup bila tidak ditopang oleh ilmu dan pengalaman. Jadi disini pendidikan formal sangat diperlukan untuk menjadi seorang entrepreneur. Belajarlah, seperti Ciputra yang selalu mengejar ilmu dengan membaca majalah-majalah terbaik, buku-buku terbaik, dan mengikuti seminar-seminar di seluruh dunia. Serta mencoba menggali pelajaran dari tokoh-tokoh terbaik dunia. Di samping itu, seorang entrepreneur tidak saja butuh kepintaran tapi juga kebijaksanaan. Menjadi seorang entrepreneur harus selalu dapat menerima keadaan. Keadaan di mana melihat dan mendengarkan saran dari orang lain, entah itu dari bawahan, kolega, dan terutama pelanggan-pelanggan perusahaan.

Buku ini, memberikan berbagai macam cara bagaimana caranya menggali ide-ide bisnis. Baik itu dari sekedar mimpi, melihat praktik-praktik terbaik lainnya atau dari inovasi dengan meniru kreatif. Hal inilah yang akan menjadikan para entrepreneur muda untuk lebih mandiri. Dan kiranya banyak para wirausahawan baru yang lahir di Indonesia. (*)

* Peresensi adalah seorang business associate/business consultant di sebuah perusahaan investasi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar