Sabtu, 08 Agustus 2009

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

1). Seperangkat mikroskop

2). Pipet

3). Kaca preparat / deck glass

4). Cover glass

5). Air kolam

6). Air sawah jernih

7). Air sungai jernih Yang sudah dimasuki jerami dan dibiarkan

8). Air selokan jernih selama 6 hari.

9). Air sumur

B. CARA KERJA

1). Menyiapkan mikroskop

2). Meneteskan ± 2 tetes air persediaan di atas deck glass

3). Menutupnya dengan cover glass

4). Meletakkannya pada mikroskop

5). Memperhatikan apa yang ditemukan

6). Menggambar dan mencatat hasil pengamatan

C. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

· Variabel bebas :

Berbagai macam air yang digunakan untuk penelitian.

· Operasional variabel :

Banyak air itu sama dengan tinggi gelas aqua untuk tiap perendaman.

· Variabel terikat :

Jenis bakteri yang ada pada air tersebut.

· Operasional variabel :

Jenis bakteri yang ada pada air tersebut dengan interval pengamatan selama 6 hari.

D. RANCANGAN PENELITIAN

Bagian I : Perlakuan direndam di air sungai dan diisi penuh dengan jerami serta dibiarkan selama 6 hari.

Bagian II : Perlakuan direndam di air selokan dan diisi penuh dengan jerami serta dibiarkan selama 6 hari.

Bagian III : Perlakuan direndam di air sumur dan diisi penuh dengan jerami serta dibiarkan selama 6 hari.

Bagian IV : Perlakuan direndan di air sawah dan diisi penuh dengan jerami serta dibiarkan selama 6 hari.

Bagian V : Perlakuan direndam di air kolam dan diisi penuh dengan jerami serta dibiarkan selama 6 hari.

E. SASARAN PENELITIAN (POPULASI DAN SAMPEL)

- Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis air.

- Sampel yang dipakai adalah sebagian air sungai, air selokan, air sumur, air sawah dan air kolam.

F. JADWAL PENELITIAN

No. Nama kegiatan Minggu I Minggu II Minggu III

Hari ke Hari ke Hari ke

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1. Menyiapkan alat dan bahan x x

2. Melakukan penelitian x

3. Analisis data x

















4. Menulis laporan penelitian x x x x x x x x x x

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar belakang dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Pentingnya mengetahui penggolongan pada protista.

- Supaya mengetahui termasuk protista apa yang ada di habitat tersebut.

- Bisa untuk bahan evaluasi kalau protista tersebut bias menguntungkan atau merugikan.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah sama organisme yang ada di setiap air tersebut, termasuk jenis protista apakah organisme yang ditemukan dan apa ciri-ciri nya ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dar penelitian ini adalah untuk mengetahui penggolongan protista, termasuk protista mirip hewan maupun protista yang mirip tumbuhan beserta cirri-ciri nya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan, jadi kita bias mengetahui jenis bakteri yang ada pada habitat tersebut, termasuk bakteri yang menguntungkan atau bakteri yang merugikan. Bagi bakteri yang menguntungkan kita bias memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas habitat tersebut, dan untuk bakteri yang merugikan seharusnya kita lebih waspada lagi kalau-kalau itu bias berbahaya bagi diri sendiri dan kehidupan yang lain.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini ada intisari dari penelitian tersebut yaitu protista bisa hidup dengan baik di dalam suatu tempat dan keadaan jika adanya makanan yang cocok untuk kelangsungan hidupnya, tempat yang sesuai untuk bertahan hidup dan berkembang biak, serta adanya suhu udara di tempat tersebut untuk bertahan hidup, ada satu lagi yaitu ada banyak sedikitnya predator yang mengganggu kelangsungan hidupnya.

Sebenarnya di satu habitat tidak hanya terdapat satu atau dua organisme saja tetapi terdapat banyak organisme yang membentuk suatu rantai makanan yang saling berhubungan dengan organisme lainnya. Semakin banyak macam organisme di satu habitat berarti semakin bermacam macam dan berbeda beda pula ciri-ciri dari satu organisme satu dengan organisme yang lainnya.

B. RUMUSAN HIPOTESIS

Jenis bakteri di setiap air tidak sama tetapi ada yang satu kelompok meskipun begitu tetapi mempunyai ciri-ciri yang berbeda melihat bentuk, cara bergerak, dan golongannya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bahwa bakteri yang ditemukan di berbagai air pada penelitian tersebut ternyata berbeda dan mempunyai ciri-ciri yang berbeda pula, pada penelitian ini nama bakterinya berbeda tetapi ada 3 bakteri yang merupakan 1 kelompok yaitu paramecium, bleparhisma japonica, dan stylonychia yang terdapat dalam kelompok ciliophora (ciliata)

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang protista baik protista yang dilihat pada bentuknya, alat geraknya, habitat maupun ciri-cirinya.

SEKILAS TENTANG BUNGA ROSELLA

Pohon Rosella tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3-5 m serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bungan Rosella berwarna cerah, kelopak bunga/kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga sepatu. Bagian bunga Rosella yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa amat asam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi berbagai jenis makanan seperti:

1. Minuman

2. Manisan Rosella

3. Saos

4. Jelly

5. Serbuk (teh)

6. Daun muda Rosella bisa juga dimakan sebagai ulam atau salat

DESKRIPSI

Merupakan herba tegak, satu tahunan, tinggi mencapai 5 m. Batang membulat, keseluruhan hijau, hijau dengan bercak merah atau seluruhnya merah. Daun berseling, polymorphic; stipula bentuk benang, helaian daun rata atau berlekuk lima, pangkal daun tumpul hingga meruncing, semi gundul hingga berambut dengan rambut sederhana, ibu tulang daun dengan banyak kelenjar pada permukaan bawahnya.

Bunga soliter, aksiler, biseksual, kelopak bunga tidak mudah gugur, menggenta, bercuping lima, cuping menyegitiga hingga bulat telur, berbulu rata (cv. Group Altissima) atau berdaging dan gundul (cv. Group sabdariffa), nectar tidak tampak, hijau, merah atau keputihan, mahkota bentuk lonceng, berdaging, ujung membulat, gundul hingga berambut, berwarna kuning atau kuning dengan merah pada bagian tengah dalam. Buah kapsul, bulat telur, tiap buah berisi 30-40 biji. Biji bentuk agak mengginjal, coklat kemerahan dengan banyak titik-titik kecil coklat kekuning-kuningan, hilum coklat kemerahan.

KANDUNGAN DALAM KELOPAK BUNGA ROSELLA

Bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga Rosella: Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat)

Kandungan dalam bunga Rosella:

v Air 9,2 g

v Protein 1,145 g

v Lemak 2,61 g

v Serat 12 g

v Abu 6,9 g

v Kalsium 1,263 mg

v Fosforus 273,2 mg

v Zat Besi 8,98 mg

v Karotena 0,029 mg

v Thiamine 0,117 mg

v Riboflavin 0,277 mg

v Niacin 3,675 mg

v Asid Askorbik 6,7 mg

MANFAAT KELOPAK BUNGA ROSELLA

F Dapat mengurangi kepekatan/ kekentalan darah

F Membantu proses pencernaan

F Mencegah peradangan pada saluran kencing dan ginjal

F Menyaring racun pada tubuh

F Mencegah kekurangan vitamin c

F Melancatkan peredaran darah

F Melancarkan buang air besar

F Menurunkan kadar penyerapan alcohol

F Penahan kekejangan

PENYAKIT YANG DAPAT DIOBATI

» Tekanan darah tinggi (Hipertesi)

» Batu gunjal

» Batuk

» Lemah Syahwat

» Lesu

» Demam

» Tekanan perasaan

» Gusi berdarah

» Penyakit kulit

» Gigitan serangga

» Luka

» Kurang darah

Jentik Nyamuk

Salah satu penggunaannya saat ini adalah dalam pembasmian jentik-jentik nyamuk. Bakteri yang digunakan sebagai vector adalah Bacilus thuringiensis
israelensis strain H-14 (Bti). Bakteri ini memproduksi Delta endotoksin yang merupakan bahan aktif yang bersifat patogen apabila dimakan oleh jentik nyamuk. Dalam waktu kurang dari 24 jam, jentik nyamuk akan mati. Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. (Lahulima, 2008).

Bakteri ini dapat memiliki kemampuan untuk membentuk kristal (tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora. Kristal ini merupakan senyawa mengandung toksin (Delta endotoksin) yang tersusun atas subunit-subunit protein yang berbentuk batang atau halter, yang mempunyai berat molekul 130-140 kDa yang berupa protoksin. Ketika kristal protoksin ini masuk ke dalam tubuh serangga, oleh aktivitas proteolisis dalam system pencernaan serangga dapat diubah menjadi polipeptida yang lebih pendek (dengan berat molekul 27-149 kDa) dan bersifat toksin.

Di dalam saluran pencernaan serangga toksin akan aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane pada saluran pencernaan. Hal ini mengganggu keseimbangan osmotic sel-sel serangga tersebut. Bila keseimbangan osmotic terganggu, sel akan menjadi bengkak dan pecah, yang akhirnya akan menyebabkan matinya serangga (Hofte dan Whiteley, 1989)

Bila sasaran dari bioinsektisida adalah jentik nyamuk Anopheles, maka spora tersebut harus mengapung. Sebaliknya, bila sasarannya jentik nyamuk Aedes aegypti maka spora tersebut harus berada di dasar. Dengan demikian, bila bioinsektisida akan digunakan untuk mengendalikan jentik-jentik Anopheles dan Aedes aegypti, bahannya harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan perilaku jentik-jentik nyamuk tersebut.

Perbanyakan bakteri ini dapat menggunakan pemanfaatan air kelapa, yang merupakan limbah pada pembuatan Virgin Coconut Oil atau menggunakan air rendaman kedelai, yang juga limbah pada pembuatan tahu dan tempe yang belum termanfaatkan (R.A Yuniarti, 2005)

Air kelapa dapat dijadikan media hidup bakteri Bacillus thuringiensis karena mengandung karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lain-lain. Unsur nitrogen berupa protein, tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin, alanin, sistin, dan serin. Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan tubuh. Mineral tersebut di antaranya Kalium (K), natirum (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), dan sulfur (S). Jika diteliti lagi, dalam air kelapa juga terdapat berbagai vitamin. Sebut saja vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, biotin, riboflavin, dan sebagainya.

Ciplukan

1.Nama Tanaman
Nama ilmiah : Physalis angulata L. Nama lokal : Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa), Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).

2.Klasifikasi
Klasifikasi Physalis angulata L. dalam sistematika tumbuhan menurut
adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L

3.Deskripsi Tanaman
“Physalis angulata L. adalah tumbuhan herba annual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah.”

4.Habitat, Penyebaran, dan Budidaya
Ciplukan adalah umbuhan asli Amerika yang kini telah tersebar secara luas di daerah tropis di dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak, hutan ringan, tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 1-1550 m dpl. Kultur tunas dapat tumbuh baik pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BA dan IAA. Kadar dan perbandingan zat pengatur tumbuh untuk regenerasi kultur tunas agar diperoleh planttet adalah sebesar BA 3-4 ppm dan IAA 0,1 ppm

5.Penggunaan di Masyarakat
Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.

6.Kandungan Kimia
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian tanaman, antara lain:
a.Herba : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A
b.Biji : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama asam palmitat dan asam stearat.
c.Akar : alkaloid
d.Daun : glikosida flavonoid (luteolin)
e.Tunas : flavonoid dan saponin

7.Perkembangan penelitian P. angulata
Sejak lama, ciplukan sebenarnya telah diteliti oleh para ahli dari berbagai negara. Penelitian tersebut biasanya terfokus pada aktivitas yang dimiliki oleh ciplukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.
Baedowi [1998] telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antihiperglikemi dari ciplukan.
Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni herba Physalis angulata L. Fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D, dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam menghambat Mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 g.mL-1. Fisalin B dan D murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat
m Mycobacterium tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >g.mL-1 dan 32m128 g.mL-1. Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba yangm ditunjukkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar