SEPATU BARU UNTUK FLO
Pada saat dimulainya semester baru, Flo sangat tidak sabar menanti riangnya pergi ke sekolah. Ia sangat menuggu hari ini, dimana ia dapat bertemu dengan seluruh teman-teman yang sudah lama ia rindukan.
Flo: Selamat pagi, semua!
Dara : Pagi, flo!
Yeyen : Pagi! Tumben kamu nggak kesiangan lagi.
Flo: Masa hari pertama masuk, sudah kesiangan. Enak aja! Aku nggak separah itu kali.
Dara : Hahaha…
Setelah jam istirahat selesai, tiba-tiba ibu guru memasuki ruangan dan mulai membuat seluruh kelas menjadi hening.
Guru: Selamat pagi, anak-anak.
Siswa : Pagi, bu.
Guru: Harap tenang, semuanya. Kita lanjutka materi selanjutnya.Tolong buka buku paket halaman 45.
Siswa : Baik, bu.
Bel sekolah berbunyi, menandakan telah diakhirinya jam pelajaran pada hari ini.
seluruh siswa keluar kelas.
Tiba-tiba seorang lelaki terjatuh karena ia tak sengaja menginjak kaki flo.
Do: aduh! Sakit tahu! Mata kamu ditaruh mana,sih?
Lelaki itu tidak merasa bersalah dan balik menyalahkan Flo. Mendengar hal ini, Flo merasa jengkel.
Flo: lho! Bukannya kamu sendiri yang menginjak kakiku duluan. Siapa coba yang salah? Enak saja kau menyalahkan orang lain. (flo mengerutkan kening)
Do: Oh! Kamu tuh, perempuan belagu banget ya! Dasar cewek bodoh! Eh,
Kamu nggak malu, pergi kesekolah pakai sepatu kaya gitu? Hah? Kamu nggak ngerasa kalau tu kaki dingin banget?
hhahahaha!!!
Faiz : iya! Memalukan! Sepatu rusak kaya gitu, kok masih dipakai.
Hhahahaha!
Flo: diam! (mulai terisak)
Riri:Lho... Lho... Masih bisa bela diri!
Benar-benar muka sampah,ya!
Geraldo: eh! Tunggu sebentar, deh.
Kalau tidak salah kamu kan anak yang punya ibu janda kan?
Faiz : Oh, ya? Hhahahaha...
Flo sangat marah.Ia benar-benar tak tahan lagi dengan situasi yang terasa menghimpit dirinya. Ia segera berlari pulang, tanpa menghiraukan apapun. Ia tak kuasa lagi menahan air matanya.
Disiang hari yang sangat panas, Flo kembali melontarkan kata-kata yang tidak sepantasnya ia katakan kepada ibunya. Sudah berkali-kali ia melakukan hal ini.
Namun ibunya tak kuasa untuk memarahi ataupun bertindak kasar terhadapnya. Flo hanya tinggal bersama ibu dan kakak lelakinya. Ayahnya telah lebih dulu meniggalkan mereka.
Flo : Aku nggak mau tahu! Ibu harus cepat-cepat membelikan aku sepatu baru! (membanting gelas yang sedang ia genggam)
Ibu : Flo sayang, sepatu yang lama
Saat ini ibu masih belum mempunyai uang, Flo. Bersabar ya nak.
Flo: bu! Kesabaran Flo ada batasnya juga. Dengar ya! Aku nggak peduli ibu mau punya uang apa nggak. Asal ibu tau! Aku malu banget, bu. Pergi kesekolah menggunakan sepatu busuk ini.
Sungguh memalukan! Teman-temanku semua punya sepatu baru, bu! Ibu mau, anak ibu dicap kampungan oleh teman-teman sekelas? Hah? (Flo berteriak dengan nada keras)
Ibu: tapi, Flo…
Kakak : Flo, kamu jangan egois! Hargailah sedikit sepatu yang masih layak pakai. Jangan suka menghamburkan uang seenaknya untuk hal yang tidak perlu. Mengerti? kamu tahu, kamu sudah bekata tidak sopan pada ibu dengan cara membentaknya.
Hormatilah ibu, Flo! Kaupun tak pernah menghormati aku sebagai kakakmu!
Flo : Ah! Sudahlah. Percuma ngomong sama ibu dan kakak. Nggak ada gunanya.
Pokoknya kalu ibu nggak beliin aku sepatu baru, aku nggak mau sekolah! (Brak!! Suara pintu yang dibanting keras oleh Flo.)
Ibu : (Menangis dan mencoba bersabar) Flo…… Sebenarnya ibu ingin sekali membelikan kamu sepatu baru, nak. Tapi mau bagaimana lagi. Ibu sudah tak punya unag lagi. Ya Tuhan… Berikanlah hambamu ini kesabaran dalam menghadapi segala cobaan-Mu.
Kakak : Sabar, ya bu.(Mengelus pundak ibu)
Keesokan harinya, Flo benar-benar tak mau bersekolah. Ibunya hanya bisa menangis dan menagis. Tak ada satupun kata yang ia dengarkan dari ibunya. Flo benar-benar sedang dikendalikan oleh emosi dan rasa egois-nya. Ia benar-benar berada dalam luar kendali dan tak dapat berfikir dengan jernih.
Ibu : Flo, maafkan ibu, nak..
Flo : Ibu jahat! Ibu nggak ngerti perasaan Flo!
Flo mau sepatu baru,bu! Apa susahnya sih? Flo benci sama ibu!!!!
Ia berlari meninggalkan rumah. Entah sudah berapa lama ia berjalan. Ia terus berjalan tanpa tahu arah. Fikirannya kosong. Ia tak bisa lagi merasakan betapa panasnya hari itu.
Ditengah jalan ia hanya benyanyi-nyanyi kecil sambil terus menyusuri jalan setapak.
Flo : “Hanya satu pintaku tuk memandang langit biru…dipangkuan seorang ayah….hanya satu pintaku tuk bercanda dan tertawa dipangkuan seorang ibu…bila semua ini hanya sebuah mimpi kuharapkan diriku takkan pernah terbangun….” Ayah…Flo kangen ayah… Ayah dimana sekarang?
Flo benar-benar rindu sama ayah. (menatap dengan pandangan kosong)
Ia merasa sangat rindu… .sekali kepada ayahnya tercinta yang telah lama meninggalkan dia. Ia mulai meneteskan air mata.
Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki yang terlihat seperti akan meloncat dari jembatan. Flo berfikir, mungkin lelaki itu ingin bunuh diri. Lelaki itu adalah Do, anak yang selalu mengolok tentang status keluarga Flo. Do adalah anak dari sebuah keluarga kaya raya yang mungkin takkan pernah bisa terhitung jumlah kekayaannya.
Segera, Flo menghentikan aksi nekat Do dan berteriak.
Flo: Stop!!! Do!!
Hei! Bodoh! Apa yang kamu lakukan, hah?
Kamu mau mengakhiri hidupmu dengan seperti ini?
Flo heran, apa yang kurang darinya? Apa yang mendorongnya untuk bertindak senekat itu? Ia begitu sempurna. Hampir tak terlihat kekurangan dari dalam dirinya. Apa yang membuatnya berani bertindak seperti itu? Apa ia sedang merasakan kegundahan dalam hatinya? Ah! Tapi mana mungkin Do dapat merasakan betapa susahnya hidup ini.
Jika ia menginginkan sesuatu, ia hanya tinggal meminta dan jadilah itu semua sebuah kenyataan. Mana mungkin ia merasakan rasa kecewa dan sedih yang selama ini selalu dirasakan oleh Flo.
Sungguh kali ini flo sedang dalam dilema.
Do: Untuk apa aku hidup. Sudah nggak ada gunanya lagi aku hidup seperti ini.
Flo: Mengapa kamu bertindak sebodoh ini, Do?
Do: Kenapa? Kamu nggak tahu apa-apa tentang diriku, Flo!
Kamu nggak pernah ngerasain betapa tersiksanya batinku. Aku benar-benar nggak sanggup lagi, Flo. Sungguh. Aku ingin mengakhiri hidup ini. Aku bosan hidup sendirian. Aku benci dengan rasa kesepian yang selau menyelimutiku. Ayah dan ibuku sudah lama bercerai dan meninggalkan harta yang berlimpah untukku. Tapi untuk apa semua ini jika aku hanya menikmatinya bersama para pembantuku?
Apa gunannya semua yang kumiliki ini. Aku tak dapat membohongi hati nurani-ku bahwa aku merindukan belaian kasih sayang orang tua, Flo. Kau tak tahu betapa sakitnya menjadi seseorang yang tak pernah mendapatkan pelukan dari seorang ibu yang sangat kau cintai. Kau takkan pernah tahu itu!
Flo terdiam. Hatinya sungguh merasa bersalah dan sakit. Ia tersadar akan suatu hal yang selalu ia lupakan. Yaitu kebahagiaan takkan pernah dapat terhitung oleh uang. Berapapun itu, sebanyak apapun, takkan pernah cukup untuk membeli sebuah kebahagiaan sejati. Ia tahu bahwa ia salah. Flo telah menyakitti hati ibu yang sangat dicintainya. Seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, melebihi nyawanya, telah ia sia-siakan hanya karena sebuah rasa malu dan egois yang selalu menyerang batinnya. Ia sadar akan betapa pentingnya menghargai dan menghormati ibunya. Sesaat air matanya mengalir ketika ia sadar akan suatu hal yang sangat penting. Yaitu surga berada dalam telapak kaki ibu. Dan kasih sayang yang telah ibu berikan serta keluarga yang begitu mencintainya, takkan pernah dapat terhapus dan tergantikan oleh apapun. Ya. Ituah arti sebuah kebahagiaan sejati yang selama ini ia cari.
Mereka berdua mengangis.
Flo : Do, aku tahu, Namun walau begitu, kau tak boleh menyia-nyiakan hidupmu seperti ini hanya karena emosi sesaat. Tuhan sangat membenci orang yang tak pernah menghargai hudup yang telah Ia berikan kepada kita. Aku tahu ini sungguh berat untukmu. Namun kau harus menerima kenyataan ini. Kau harus bersabar. Aku tak mau kau mengulang kesalahan yang telah aku lakukan kepada ibu dan kakakku tercinta. Aku sudah tersesat dalam lingkaran hitam, Do. Karenanya aku tak mau bila kaupun ikut terjebak didalamnya. Hormatilah dirimu dan orang yang kau cintai, maka sudah pasti mereka-pun akan menghormatimu.
Do: Terimakasih, Flo. Kau begitu baik kepadaku.
Padahal aku selalu menhina dan melecehkanmu. Aku minta maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat selama ini, Flo. Maafkan aku.
Aku janji akan menghormati apa yang telah Tuhan berikan kepadaku.
Dan salah satunya adalah anugerah terindah, telah memiliki seorang teman sepertimu.
Terimakasih, Flo.
Mereka saling berpelukan dan tersenyum. Sungguh senyuman mereka begitu tulus dan murni dari dalam hati.
Setelah itu, mereka segera berlari menuju rumah Flo. Flo benar-benar sangat rindu kepada ibunya. Ia ingin segera meminta maaf karena selama ini tak pernah menghormati ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya.
Flo: Bu…Ibu…!!! Ibu dimana?
Ibu : Flo sayang!
Kamu kemana saja, nak. Ibu sangat khawatir terhadapmu.
Flo, maafkan ibu ya. Ibu minta maaf karena tak perna mengerti kamu.
Ini. Ibu belikan sepatu yang kamu inginkan Flo! Sepatu baru!!!
Flo: Lhoh bu! Ya Tuhan.. Ibu!
Ibu dapat uang dari mana, sampai bisa membeli sepatu sebagus ini, bu?
Ibu: Ibu menggadaikan cincin peninggalan ayahmu.
Dan syukur Alhamdullilah, ternyata cukup untuk membeli sepatu yang kamu inginkan, nak.
Flo : (memeluk erat ibunya) Oh, ibu... Maafkan Flo selama ini tak pernah menghormati ibu.
Flo benar-benar menyesal,bu. Flo nggak butuh sepatu ini,bu. Flo hanya ingin kasih sayang dari ibu. Hanya itu,bu. Flo sadar telah melakukan kesalahan besar. Dan aku janji tak akan pernah mengulanginya,bu. Aku janji.
Kak, Flo minta maaf atas semua kesalahan-ku selama ini.
Kakak: Flo... Aku tak pernah sungguh-sungguh marah terhadapmu. Ya. Aku tahu kamu sangat menyesal, adikku.
Ibu sangat senang mendengar flo berbicara sebijaksaan ini. Ia menagis tersedu-sedu.
Ibu: Ibu bangga padamu, Flo! Ibu juga sayang...sekali sama Flo.
Jangan tinggalkan ibu lagi, ya nak.
Flo: Nggak akan, bu! Nggak akan pernah. Terima kasih.
Mereka berpelukan sangat erat. Do tetap berdiri disamping mereka dan tersenyum kecil. Aku yakin ia merasakan ketulusan yang Flo dan keluarganya rasakan saat ini. Dan mungkin sekarang Do lebih mengerti dan paham akan betapa pentingnya menghargai sesuatu, Karena itu adalah sebuah anugera terindah, seperti halnya kita yang diharuskan menghargai dan menghormati setiap orang. Terutama kepada keluarga kita sendiri. Apapun keadaan mereka, kita harus tetap menghargai dan menghormatinya. Karena jika kau ingin dihormati, maka hormatilah orang lain terlebih dahulu.
Terima Kasih