Jumat, 10 Juli 2009

proses pembentukan mutiara part 2

Mutiara hasil budidaya

Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil. Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang.

Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya. Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo. Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut. Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan ”menendang” keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.

Bagaimana
Mengubah Masalah
Menjadi Mutiara

Sebutir mutiara yang berkilauan selain sering digunakan sebagai perhiasan, juga digunakan untuk campuran kosmetik dan juga cat. Butir mutiara yang indah dihasilkan oleh kerang mutiara melalui suatu proses yang menyakitkan dan dalam kurun waktu yang panjang, yaitu selama dua sampai empat tahun, bahkan sampai tujuh tahun.

Pembentukan mutiara alami bukan karena masuknya pasir seperti anggapan banyak orang. Di habitatnya, kerang ini hidup di dasar laut yang dipenuhi pasir sehingga akan sangat banyak pasir yang masuk. Akan tetapi seberapa banyakpun pasir yang masuk, kerang akan dapat mengeluarkannya kembali tanpa efek apapun.

Proses pembentukan mutiara sebenarnya diawali dengan masuknya suatu organisme parasit yang dapat menembus kulit kerang. Bentuk parasit ini seperti cacing pengebor yang dapat menembus melalui dinding kulit kerang. Pada saat parasit ini mulai menembus dinding kerang, maka kerang akan mulai teriritasi. Untuk melindungi dirinya maka kerang akan mengeluarkan suatu lapisan berkilauan seperti lapisan pada dinding bagian dalam kulit kerang untuk membungkus parasit yang masuk. Proses pelapisan ini berlangsung terus menerus sehingga lama kelamaan akan terbentuk mutiara yang kita kenal.

Ada satu pelajaran yang sangat berharga dari proses pembentukan mutiara ini. Suatu penderitaan yang di alami oleh kerang mutiara selama bertahun-tahun dihadapi dengan kesabaran dan ketekunan yang tanpa henti, yang pada akhirnya menghasilkan sesuatu yang sangat indah dan berharga.

Sebagai orang percaya, dalam keseharian banyak sekali hal yang datang dalam kehidupan kita sebagai parasit pengganggu, kebanyakan kita akan mengeluh dan mengeluh sehingga tidak melihat mutiara yang berkilauan, dengan demikian kita gagal meyaksikan bahwa ada kuasa Tuhan yang sanggup mengubahkan segala masalah kita.

Kalau kerang mutiara dapat menyikapi gangguan yang ada dengan sikap positif yang kontinyu sehingga membuahkan sesuatu yang sangat indah dan berharga, maka kitapun harus mau belajar menghadapi segala sesuatunya dengan sikap yang sama. Kita bungkus semua masalah yang ada dengan doa, permohonan, dan pengucapan syukur maka Tuhan pasti mengubahkan semua masalah menjadi mutiara yang indah berkilauan dan berharga. Anda mau menemukan mutiara-mutiara dalam hidupmu? Mulailah menggantikan keluhan-keluhan dengan berdoa, memohon dan bersyukur kepada Tuhan. (PH)




[+/-] Selengkapnya...

proses pembentukan mutiara part 1

Sistem grading atau pengujian kualitas mutiara

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguRhq0POyhfD5iS5A8OdR5jhcprbNWNYHkXPuojn-s8r33qUtV7OLEpap_ozE1d0tkSQt7CbZ3eH_sMNfK7PO8klq0IXq3EOLGcdhoQeY7MSZDoqEe7JztR67O6qXOa0TnTcYVucG5yh4G/s400/mod2.jpg
Small South sea pearls (Gustaf's Collection)

Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacat, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

Beberapa langkah sebelum pengujian mutiara adalah dengan meyakinkan bahwa mutiara itu palsu atau tidak? Karena harga mutiara relatif mahal sehingga kemungkinan pemalsuan juga dilakukan.Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menghasilkan mutiara yang serupa dengan aslinya. Bahannya pun bervariasi dari jenis batuan tertentu, kaca, plastik, dan bahkan bagian dari cangkang kerang. Mutiara juga disortir apakah mutiara itu terbungkus nacre (nacreous) atau tidak (non nacreous)? Apakah mutiara itu terbentuk alami atau hasil budidaya? Mutiara yang terbungkus nacre adalah mutiara yang umum beredar di pasaran dan mayoritas adalah mutiara hasil budidaya. Sangat kecil kemungkinan mutiara alami (dan terbungkus nacre) beredar di pasaran dengan harga murah. Sayangnya, masih sangat sulit membedakan antara mutiara yang tak terbungkus nacre dengan mutiara yang dibentuk dari cangkang kerang, karena keduanya memiliki komposisi yang sama.Namun peminat mutiara tanpa nacre memang masih sedikit disamping selama ini kegiatan budidayanya baru ddijajaki (khusus beberapa mutiara eksotis dari beberapa siput). Parameter tambahan lain yang jadi bahan pertimbangan pemilihan mutiara adalah dari mana mutiara itu berasal. Apakah mutiara itu adalah mutiara air tawar atau mutiara air laut? Pengelompokkan juga terjadi dalam produk mutiara laut, apakah mutiara itu adalah mutiara Akoya atau South sea atau Tahiti (yang beberapa kalangan juga menggolongkan sebagai bagian dari mutiara south sea)? Pengetahuan ini memang dibutuhkan mengingat mutiara air tawar relatif lebih murah dibandingkan mutiara air laut. Bahkan untuk mutiara air laut juga terdapat pengelompokkan harga menurut jenis mutiaranya, mutiara Akoya relatif lebih murah dibandingkan mutiara Tahiti dan apalagi South sea. Perbandingan harga mutiara dengan kualitas kilau yang sama antara mutiara Akoya dan South sea (misalnya) bisa sangat jauh apalagi dibandingkan antara mutiara South sea dan mutiara air tawar. Indonesia semestinya bersyukur karena mutiara South Sea banyak diproduksi dari perairan Indonesia. Walaupun sejauh ini nilai kualitas mutiara yang diproduksi masih lebih rendah dengan jenis mutiara sama yang diproduksi Australia.

Setelah melewati beberapa proses di atas, mutiarapun diuji menurut sistem grading yang berlaku. Ada dua pemahaman atau aliran yang selama dipakai untuk kualifikasi kelas mutiara: AAA-A (AAA kualitas terbaik, A kualitas buruk) dan A-D (A kualitas terbaik, D kualitas buruk). Sayang sekali fleksibilitas masih sangat tinggi dalam pengkategorian kelas mutiara. Pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam menempatkan kelas mutiara dengan karakteristik tertentu ke kategori yang disarankan. Sederhananya, pihak X mengkategorikan sebuah mutiara memiliki kualitas AAA namun pihak Y mengkualifikasinya dalam kategori AA, dst. Bahkan ada penjual mutiara yang menambah-nambahkan dengan mengkategorikan mutiaranya sebagai AAAA atau AAA+ sehingga bahkan untuk dua aliran grading di atas (AAA-A dan A-D) sering diubah sekehendak hati. Kualifikasi menurut AAA-A adalah kualifikasi yang terbentuk lebih dahulu. Sistim kualifikasi ini banyak dipakai untuk mengkualifikasi mutaira Akoya dan mutiara air tawar. Mutiara akoya adalah mutiara air laut hasil budidaya pertama (lihat artikel lainnya). Sementara sistem kualifikasi A-D lebih dikenal sebagai sistem kualifikasi Tahitian karena awalnya dipakai untuk kualifikasi mutiara Tahiti dan akhirnya South Sea. Namun, kualifikasi AAA-A juga bukan hanya untuk mutiara Akoya dan mutiara air tawar tapi juga sering diaplikasikan ke jenis mutiara lain (Tahiti dan South sea).

Budidaya kerang mutiara

Sebagaimana namanya, mutiara hasil budidaya melewati serangkaian proses dengan campur tangan manusia. Walaupun sebagian besar waktu pembentukan mutiara budidaya berada di dalam kerang, namun manusia berperan penting dalam meyakinkan bahwa mutiara di dalam kerang itu terbentuk sesuai keinginannya. Sejak proses penyisipan bahkan jauh sebelum proses ini berlangsung, untuk meyakinkan bahwa mutiara budidaya terbentuk dengan baik, kerang-kerang yang layak disisip telah diseleksi dengan baik. Walaupun toh pada akhirnya, sampai saat ini, produksi mutiara hasil budidaya kelas terbaik masih sangat minim dibandingkan dengan kelas di bawahnya.

Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini dikumpulkan dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor) yang diletakkan di laut. Material dan model kolektor ini bervariasi. Material kolektor bisa berasal dari alam seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan seperti kain dan plastik. Sementara modelnya bervariasi dari bentuk sapu sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah menyediakan substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja yang menempel di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran yang bisa dikenal sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan spat bertumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa. Mereka juga rentan terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di luar air. Kerang muda ini dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang leluasa bagi mereka untuk bertumbuh. Lewat pemahaman ini, pengetahuan akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di perairan sangat dibutuhkan sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang mutiara yang membutuhkan suplai bibit dari alam.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara budidaya saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit hasil hatchery. Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive breeding yaitu pada prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan pada melihat pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang. Mengingat tujuan kebanyakan budidaya komersial dari kerang mutiara adalah memproduksi mutiara bulat, sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang menciptakan ruang yang besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu pertimbangan untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik dijadikan sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan.

Bagaimana mutiara dihasilkan?

Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.

Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.

Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.

Proses pembuatan mutiara

Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.




[+/-] Selengkapnya...

Kimia part 5

LARUTAN ELEKTROLIT

DAN

LARUTAN NON ELEKTROLIT

A. TUJUAN EKSPERIMEN

Untuk mengetahui mana yang merupakan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit yang akan diuji dengan berbagai larutan.

B. DASAR TEORI

Berdasarkan pada kemampuan menghantarkan arus listrik, larutan digolongkan menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sedangkan larutan elektrolit dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Gelas kimia 100 ml, 3 buah

2. Alat penguji eleltrolit / katoda 2 buah

3. Adaptor (sebagai pengganti baterai)

4. Bola lampu 1,5 volt

Bahan :

5. Air suling (H2O)

6. Larutan hidrogen klorida (HCL)

7. Larutan asam cuka (CH3COOH)

8. Larutan natrium klorida (NaCl)

9. Larutan natrium hidroksida (NaOH)

10. Larutan amonium hidroksida (NH4OH)

11. Larutan alcohol (C2H5OH)

12. Larutan asam sulfat (H2SO4)

13. Larutan gula (C12H22O11)

D. CARA KERJA

1. Menyusun alat penguji seperti gambar di bawah,

2. Isilah gelas kimia seperti berikut ini :

· Gelas kimia 1 untuk air suling, larutan hydrogen klorida, dan larutan asam cuka (digunakan secara bergantian)

· Gelas kimia 2 untuk larutan natrium klorida, larutan natrium hidroksida, dan larutan amonium hidroksida (digunakan secara bergantian)

· Gelas kimia 3 untuk larutan alcohol, larutan asam sulfat, dan larutan gula (digunakan secara bergantian)

3. Menguji masing-masing larutan pada cara kerja 2 dengan mencelupkan kedua elektroda dan mengamati dengan baik! Apa yang terjadi pada lampu dan kedua elektroda?

4. Membersihkan elektroda dengan menyemprotkan air dan mengeringkan dengan tisyu setiap mengganti larutan.

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan

No.

Bahan

Rumus zat terlarut

Lampu menyala/

tidak

Gelembung gas ada/tidak

1.

Air suling

H2O

Tidak

Tidak

2.

Larutan hydrogen klorida

HCL

Menyala

Ada

3.

Larutan asam cuka

CH3COOH

Tidak

Ada

4.

Larutan natrium klorida

NaCl

Menyala

Ada

5.

Larutan natrium hidroksida

NaOH

Menyala

Ada

6.

Larutan amonium hidroksida

NH4OH

Tidak

Ada

7.

Larutan alcohol

C2H5OH

Tidak

Tidak

8.

Larutan asam sulfat

H2SO4

Menyala

Ada

9.

Larutan gula

C12H22O11

Tidak

Tidak

F. PERTANYAAN DAN PEMBAHASAN

1). Isilah tanda ( ) sesuai dengan hasil pengamatan !

No.

Rumus zat

Elektrolit

Non elektrolit

1.

H2O

2.

HCL

3.

CH3COOH

4.

NaCl

5.

NaOH

6.

NH4OH

7.

C2H5OH

8.

H2SO4

9.

C12H22O11

2). Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik ?

Jawab : Karena molekul-molekul zat terlarut terurai menjadi ion-ion positif dan ion-ion negative

3). Zat-zat yang anda gunakan untuk eksperimen manakah yang merupakan elektrolit lemah dan mana yang kuat ? sebutkan !

Jawab : - Elektrolit lemah : CH3COOH, NH4OH

- Elektrolit kuat : HCL, NaCL, NaOH, H2SO4

4). Di antara larutan elektrolit di atas, manakah zat yang terlarutnya berasal dari senyawa ion dan senyawa kovalen ?

Jawab : - Senyawa ion : NaCl

- Senyawa kovalen : HCl, CH3COOH, NaOH, NH4OH,

H2SO4

5). Larutan elektrolit dalam larutannya ada yang mengandung senyawa kovalen. Mengapa senyawa kovalen dapat menghantarkan arus listrik ? Jelaskan !

Jawab : Karena senyawa kovalen adalah senyawa yang terbentuk

dari penggunaan bersama electron oleh atom-atom. Senyawa kovalen banyak dijumpai pada senyawa organik. Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik ialah senyawa kovalen polar karena senyawa tersebut memiliki keelektronegatifan besar.

6). Tuliskan reaksi ionisasi dari :

Jawab : a. HCl(aq) H + Cl

b. H2SO4(aq) 2H + SO4

c. NaOH(aq) Na + OH

d. NaCl(aq) Na + Cl

e. CH3COOH(aq) CH3COO + H

f. NH4OH(aq) NH4 + OH

7). Tuliskan reaksi ionisasi dari senyawa di bawah ini, jika dimasukkan dalam air !

Jawab : a. KCl(aq) K + Cl

b. KOH(aq) K + OH

c. Hl(aq) H + l

d. Ca(OH)2(aq) Ca + 2OH

e. CuSO4(aq) Cu + SO4

f. CH3COOH(aq) CH3COO + H

g. NH4OH(aq) NH4 + OH

h. Fe(OH)3(aq) Fe + 3OH

i. H2SO4(aq) 2H + SO4

j. HNO3(aq) H + NO3

8). Tentukan larutan elektrolit di bawah ini dengan memberi tanda

( ) yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen !

Larutan

Senyawa ion

Senyawa kovalen

NaCl

CH3COOH

HCl

H2SO4

NaOH

Mg(OH)2

C2H5OH

NH4OH

HNO3

MgCl2

9). Diketahui larutan HCl, KOH, NaCl, C2H5OH, CH3COOH, H2SO4, C6H12O6, dan Ca(OH)2. Dari beberapa larutan di atas, manakah yang merupakan larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan non elektrolit ?

Jawab : - Elektrolit kuat : HCl, NaCl, KOH, H2SO4, Ca(OH)2

- Elektrolit lemah : CH3COOH

- Non elektrolit : C2H5OH, C6H12O6

G. KESIMPULAN

Berdasarkan kemampuan menghantarkan listrik larutan dibedakn menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

· Larutan elektrolit

adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dan terioniasi.

Elektrolit KUAT

Ciri : - Jika diuji di laboratorium hasilnya lampu menyala dan mengeluarkan gelembung gas (terionisasi sempurna).

Contoh : NaCl, KCl, HCl, HNO3, HBr, NaOH, H2SO4, HNO3, Na2SO4, KOH.

LEMAH

Ciri : - Jika diuji di laboratorium lampu tidak menyala tapi ada gelembung gas (sedikit terionisasi)

Contoh : CH3COOH, HF, H2CO3, NH4OH, Al(OH)3, H3PO4.

· Larutan nonelektrolit

Adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak terionisasi.

Ciri : - Jika diuji di laboratorium lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas.

Contoh : C2H5OH, C6H12O6, H2O, C12H22O11.




[+/-] Selengkapnya...